Blogger Widgets DUNIA SASTRA DAN BAHASA: September 2015

Minggu, 27 September 2015

Pengertian Linguistik, Subdisiplin Linguistik, dan Manfaat Linguistik

Pengertian Linguistik, Subdisiplin Linguistik, dan Manfaat Linguistik 


Pengertian Linguistik
Kata linguistik berasal dari bahasa latin lingua yang berarti ’bahasa’. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Dalam bahasa Perancis ada tiga istilah untuk menyebut bahasa yaitu:
·         Langue: suatu bahasa tertentu. 
·         Langage: bahasa secara umum.
·         Parole: bahasa dalam wujud yang nyata yaitu berupa ujaran.
Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum (general linguistics). Artinya, ilmu linguistik tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya, yang dalam peristilahan Perancis disebut langage. Pakar linguistik disebut linguis. Bapak Linguistik modern adalah Ferdinand de Saussure (1857-1913). Bukunya tentang bahasa berjudul Course de Linguistique Generale yang diterbitkan pertama kali tahun 1916.

Dalam dunia keilmuan, tidak hanya linguistik saja yang mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Ilmu atau disiplin lain yang juga mengkaji bahasa diantaranya: ilmu susastra, ilmu sosial (sosiologi), psikologi, dan fisika. Yang membedakan linguistik dengan ilmu-ilmu tersebut adalah pendekatan terhadap objek kajiannya yaitu bahasa. Ilmu susastra mendekati bahasa sebagai wadah seni. Ilmu sosial mendekati dan memandang bahasa sebagai alat interaksi sosial di dalam masyarakat. Psikologi mendekati dan memandang bahasa sebagai pelahiran kejiwaan. Fisika mendekati dan memandang bahasa sebagai fenomena alam. Sedangkan linguistik mendekati dan memandang bahasa sebagai bahasa atau wujud bahasa itu sendiri.


Keilmiahan Linguistik
Pada dasarnya, setiap ilmu termasuk linguistik mengalami tiga tahap perkembangan yaitu:
Tahap pertama, yakni tahap spekulasi. Dalam tahap ini pembicaraan mengenai sesuatu dan cara mengambil kesimpulan dilakukan dengan spekulatif. Artinya, kesimpulan itu dibuat tanpa didukung oleh bukti-bukti empiris dan dilakukan tanpa menggunakan prosedur-prosedur tertentu. Dalam studi bahasa dulu orang mengira bahwa semua bahasa di dunia diturunkan dari bahasa Ibrani, Adam dan Hawa memakai bahasa Ibrani di Taman Firdaus, dan Tuhan berbicara dalam bahasa Swedia. Semuanya itu hanyalah spekulasi yang pada zaman sekarang sukar diterima.

Tahap kedua, yakni tahap observasi dan klasifikasi. Pada tahap ini para ahli bahasa baru mengumpulkan dan menggolongkan segala fakta bahasa dengan teliti tanpa memberi teori atau membuat kesimpulan.

Tahap ketiga, yakni tahap perumusan teori. Pada tahap ini setiap disiplin ilmu berusaha memahami masalah-masalah dasar dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah-masalah itu berdasarkan data yang dikumpulkan. Kemudian dirumuskan hipotesis yang berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, dan menyusun tes untuk menguji hipotesis terhadap fakta yang ada.
Linguistik telah mengalami tiga tahapan tersebut sehingga dapat dikatakan linguistik merupakan kegiatan ilmiah.

 

B. Subdisiplin Linguistik
Subdisiplin linguistik dapat dikelompokkan berdasarkan:

1.      objek kajiannya adalah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu,
1.      objek kajiannya adalah bahasa pada masa tertentu atau bahasa sepanjang masa, 
1.      objek kajiannya adalah struktur internal bahasa itu atau bahasa itu dalam kaitannya dengan berbagai faktor di luar bahasa,
1.      tujuan pengkajiannya apakah untuk keperluan teori atau untuk terapan, dan
1.      teori atau aliran yang digunakan untuk menganalisis objeknya.

Berdasarkan Objek Kajiannya, Apakah Bahasa pada Umumnya atau Bahasa Tertentu
Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi linguistik umum dan linguistik khusus. Linguistik umum adalah linguistik yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa secara umum. Linguistik khusus berusaha mengkaji kaidah bahasa yang berlaku pada bahasa tertentu.

Berdasarkan Objek Kajiannya, Apakah Bahasa pada Masa Tertentu atau Bahasa Sepanjang Masa

Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan adanya linguistik sinkronik (linguistik deskriptif) dan linguistik diakronik (linguistik historis komparatif). Linguistik sinkronik mengkaji bahasa pada masa tertentu. 

Misalnya, mengkaji bahasa Indonesia pada tahun dua puluhan atau mengkaji bahasa Inggris pada zaman William Shakespeare. Linguistik diakronik berupaya mengkaji bahasa pada masa yang tidak terbatas; bisa sejak awal kelahiran bahasa itu sampai masa sekarang. Tujuan linguistik diakronik adalah untuk mengetahui sejarah struktural bahasa itu dengan segala bentuk perubahan dan perkembangannya.

Berdasarkan Objek Kajiannya adalah Struktur Internal Bahasa itu atau Bahasa itu dalam Kaitannya dengan Berbagai Faktor di Luar Bahasa
Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi linguistik mikro (mikrolinguistik) dan linguistik makro (makrolinguistik). Linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal bahasa. Dalam linguistik mikro ada beberapa subdisiplin yaitu:

·         Fonologi: menyelidiki tentang bunyi bahasa. 
·         Morfologi: menyelidiki tentang morfem.
·         Sintaksis: menyelidiki tentang satuan-satuan kata.
·         Semantik: menyelidiki makna bahasa.
·         Leksikologi: menyelidiki leksikon atau kosakata.
Linguistik makro menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor di luar bahasa. Subdisiplin-subdisiplin linguistik makro antara lain:
·         Sosiolinguistik: mempelajari bahasa dalam hubungan pemakaian di masyarakat. 
·         Psikolinguistik: mempelajari hubungan bahasa dengan perilaku dana kal budi manusia.
·         Antropolinguistik: mempelajari hubungan bahasa dengan budaya.
·         Filsafat bahasa: mempelajari kodrat hakiki dan kedudukan bahasa sebagai kegiatan manusia.
·         Stilistika: mempelajari bahasa dalam karya sastra.
·         Filologi: mempelajari bahasa, kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bangsa sebagaimana terdapat dalam bahan tertulis.
·         Dialektologi: mempelajari batas-batas dialek dan bahasa dalam suatu wilayah.
Berdasarkan Tujuan Pengkajiannya Apakah untuk Keperluan Teori atau Untuk Terapan
Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi linguistik teoritis dan linguistik terapan. Linguistik teoritis berusaha mengadakan penyelidikan bahasa hanya untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajiannya itu. Jadi, kegiatannya hanya untuk kepentingan teori belaka. Linguistik terapan berusaha mengadakan penyelidikan bahasa untuk kepentingan memecahkan masala-masalah praktis yang terdapat dalam masyarakat. Misalnya, untuk pengajaran bahasa, penyusunan kamus, dan pemahaman karya sastra. 
Berdasarkan Teori atau Aliran yang Digunakan untuk Menganalisis Objeknya
Berdasarkan objek kajiannya, apakah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu linguistik dapat dibedakan menjadi tradisional, linguistik struktural, linguistik tranformasional, linguistik generatif semantik, linguistik relasional, dan linguistik sistemik.

 

C. Manfaat Linguisik
Linguistik memberi manfaat langsung kepada orang yang berkecimpung dalam kegiatan yang berhubungan dengan bahasa seperti linguis, guru bahasa, penerjemah, penyusun kamus, penyusun buku teks, dan politikus. Manfaat linguistik diantaranya:

·         Linguis: membantu menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya dalam penyelidikan bahasa. 
·         Guru bahasa: melatih dan mengajarkan keterampilan berbahasa.
·         Penerjemah: membantu dalam mendapatkan hasil terjemahan yang baik.
·         Penyusun kamus: membantu dalam menyusun kamus yang lengkap dan baik.
·         Penyusun buku teks: membantu dalam memilih kata dan menyusun kalimat yang tepat.
·         Politikus: membantu dalam aktivitasnya berkomunikasi dengan orang banyak.

Referensi:
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta


BUDAYA MEMBACA, BUDAYA BERHARGA DALAM PENDIDIKAN BERKARAKTER DI INDONESIA Oleh Miftahul Huda



BUDAYA MEMBACA, BUDAYA BERHARGA
DALAM PENDIDIKAN BERKARAKTER DI INDONESIA
Oleh
Miftahul Huda


Abstrak: Lebih dari separuh abad Indonesia merdeka dan eksistensi Indonesia dalam kancah negara-negara masih belum bisa dikatakan berhasil secara signifikan. Ada satu hal yang perlu kita perhatikan, agar bisa dipertimbangkan dalam kancah internasional secara mendalam, budaya pendidikan di Indonesia perlulah mencakup kebiasaan membaca untuk mencapai keberhasilan pendidikan Indonesia. Memiliki berbagai macam budaya merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia, namun itu seharusnya tidak dijadikan sebagai sebuah kebanggan saja, namun juga dibarengi dengan ikhtiar untuk memajukan anak bangsa untuk dipercaya mengelola dan menjaga budaya Indonesia hingga akhir masa. Budaya membaca merupakan budaya yang berharga yang menjadi salah satu poin dalam pendidikan berkarakter. Apabila masyarakat tidak memiliki budaya membaca, perlahan-lahan Negara akan mengalami ketertinggalan dari negara-negara lain utamanya dalam hal pendidikan. Membaca merupakan salah satu kegiatan dari suatu pendidikan, kegiatan ini dapat memberikan manfaat yang kompleks, seperti informasi dan ilmu yang terkandung di dalamnya serta dapat menambah bahasa yang belum diketahui, namun kondisi yang terjadi di Indonesia sangat memprihatinkan, untuk mendapatkan suatu informasi masyarakat lebih suka untuk menonton televisi dibandingkan membaca koran.
Kata kunci: , Pendidikan Indonesia, Macam Budaya, Budaya Berharga, Manfaat yang Kompleks.
Pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari, karena pendidikan merupakan ilmu yang menuntun seseorang, tanpa pendidikan suatu negara tidak berarti apa-apa, walaupun memiliki padat penduduk yang jumlahnya sangat tinggi, sumber daya manusia dari suatu bangsa bukan modal fisik atau sumber daya material yang merupakan faktor paling menentukan karakter dan kecepatan pembangunan sosial dan ekonomi suatu bangsa bersangkutan (Todaro, 1997).
Pembentukan dan pengembangan karakter dan intelektualitas peserta didik sangat penting dewasa ini. (Marzuqi, 2013: 56). Intelektual yang tinggi salah satu hal yang dibutuhkan, perlu dimiliki oleh seseorang yang ingin mencapai kesuksesan. Salah satu cara untuk mencapai intelektual yang tinggi adalah dengan gemar membaca. Gemar membaca, merupakan salah satu dari delapan belas poin yang ada pada pendidikan karakter. Oleh karenanya gemar membaca perlu untuk dikembangkan untuk dapat mencapai pada taraf budaya membaca, sehingga intelektual yang tinggi dapat dicapai dengan sendirinya dalam pendidikan berkarakter.
Memiliki berbagai macam budaya merupakan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia, namun itu seharusnya tidak dijadikan sebagai sebuah kebanggan saja, namun juga dibarengi dengan ikhtiar untuk memajukan anak bangsa untuk dipercaya mengelola dan menjaga budaya Indonesia hingga akhir masa. Apabila masyarakat tidak memiliki budaya membaca, perlahan-lahan Negara akan mengalami ketertinggalan dari negara-negara lain.
Tulisan ini mencoba menyoroti mengenai budaya membaca dalam pendidikan berkarakter di Indonesia. Untuk itu, dalam tulisan ini diuraikan berturut-turut mengenai konsep budaya membaca, mengapa budaya membaca?, hikmah membaca, dan keberhargaan budaya membaca berharga dalam pendidikan berkarakter di Indonesia.

KONSEP BUDAYA MEMBACA

Membaca adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi selain dengan mendengarkan dan melihat. Informasi yang didaptkan adalah informasi tertulis. Membaca perlu ditekankan kepada setiap individu dejak dini, karena informasi yang paling mudah untuk kita peroleh adalah melalui bacaan, baik koran, majalah tabloid, buku-buku, internet, dan lain-lain.
Orang yang menerapkan budaya membaca dalam hidupnya akan dipenuhi oleh informasi yang up-to-date dan ilmu pengetahuan. Minimnya budaya membaca dikalangan remaja indonesia perlu diperhatikan. Problema tersebut tidak bisa kita anggap remeh, karena besarnya rasa cinta membaca dengan kemajuan. Artinya, suatu tingkatan minat seseorang menentukan tingkat kualitas, intelektual serta wawasannya. Kebiasaan membaca perlu ditingkatkan terutama kepada para remaja indonesia. Dalam proses belajar mengajar, mustahil berhasil tanpa adanya “membaca”.
Membaca melatih kita untuk berfikir dan mendalami suatu gagasan. Apabila sikap ini menjadi sebuah kebiasaan akan melahirkan kemampuan untuk menyampaikan gagasan dan menemukan ide baru yang lebih baik. Namun sayangnya sikap positif ini tidak didukung oleh media. Serangan promosi media yang begitu gencar memikat masyarakat Indonesia terpikat pada sajian sinetron dan film yang ada di TV. Menikmati sajian di TV memang sangat bermanfaat untuk menghilangkan kejenuhan dan menyegarkan pikiran yang sumpek.
Namun jika dilakukan secara terus menerus, akan berakibat pada ketergantungan terhadap TV. Kebiasaan ini membuat orang lupa waktu dan mematikan sikap positif untuk melahirkan suatu gagasan baru di kehidupan sehari-hari karena otak hanya terbiasa bekerja untuk menikmati latar budaya suatu karya, bukan untuk menghasilkan karya. Inilah fenomena yang mengandung bahaya laten bagi generasi bangsa.
Pada umumnya masyarakat Indonesia adalah ”diktator”, artinya yaitu studinya hanya mengandalkan diktat. Namun ada pendapat ”Ketiadagairahan membaca dikalangan mahasiswa maupun pelajar bersumber pada pendididkan yang tidak menanamkan antara lai pentingnya membaca sejak sekolah dasar”. Selain itu ”Rendahnya mutu pendidikan di Perguruan Tinggi disebabkan oleh pelajaran-pelajaran membaca sejak di Sekolah Dasar yang kurang sanggup merangsang kegairahan murid-muridnya”. Ada lagi yang mengungkapkan bahwa para sarjana dan cendikiawan termasuk para dosen kurang minat baca, sehingga mempengaruhi mutu masyarakat ilmiah. Ciri masyarakat ilmiah itu sendiri adalah harus banyak membaca.
Kebiasaan membaca adalah ketrampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan ketrampilan bawaan. Oleh karena itu kebiasaan membaca dapat dipupuk, dibina dan dikembangkan. Bagi negara-negara berkembang aktivitas membaca pada umumnya adalah untuk memperoleh manfaat langsung. Untuk tujuan akademik membaca adalah untuk memenuhi tuntutan kurikulum sekolah atau Perguruan Tinggi. Buku sebagai media transformasi dan penyebarluasan ilmu dapat menembus batas รข€“ batas geografis suatu negara, sehingga ilmu pengetahuan dapat dikomunikasikan dan digunakan dengan cepat di berbagai belahan dunia. Semakin banyak membaca buku, semakin bertambah wawasan kita terhadap permasalahan di dunia. Karena itulah buku disebut sebagai jendela dunia.

MENGAPA BUDAYA MEMBACA?

Judul di atas merupakan salah satu pertanyaan yang timbul ketika saya ingin menulis artikel ini, hal ini karena budaya membaca di indonesia masih sangat rendah. Baik untuk kalangan pelajar Sekolah Dasar, SMP, SMA, dan bahkan Perguruan Tinggi membaca merupakan hal yang belum menjadi budaya. Padahal membaca merupakan salah satu cara seseorang untuk dapat mendapatkan ilmu atau untuk mencapai intelektual yang tinggi.
Saat ini kita sering mendengar bahwa membaca adalah kunci keberhasilan di sekolah (Reading is the key to success in school). Tetapi apakah kita memikirkan lebih dalam tentang makna dari ungkapan tersebut? Tentu tidak. Mungkinn hanya sebagian kecil dari kita. Ungkapan ini dibahas secara menarik dalam buku “The World Book Student Handbook” Chicago: World book Enciclopedia, 1981. Dalam bab “Why is reading important (Mengapa Membaca itu Penting)” dibahas tentang sekelompok guru di Amerika Serikat yang mengadakan penyelidikan tentang murid sekolah dan problema belajar. Salah satu kesimpulan mereka yang menarik adalah bahwa seorang murid yang tidak berhasil dalam didan tertentu misalnya Matematika, masih bisa berhasil didalam bidang studi yang lain, Tetapi seorang murid yang malas membaca, hamper selalu tidak berhasil dalam semua bidang studinya. Hal ini perlu kita garis bawahi. Mula-mula mereka merasa agak aneh, namun setelah disimak lebih jauh segera mereka menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang ingin diketahui untk dapat diketahui untuk dapat dimengerti harus dibaca. Seorang pelajar yang tidak banyak membaca akan mendapat kesulitan dalam melanjutkan studinya, karena bila ia nanti menjadi mahasiswa, hampir seluruh waktu studinya terserapuntuk membaca. Oleh karena itu kita sebagai seorang pelajar harus memanfaatkan perpustakaan yang ada di Sekolah dengan baik, Selain itu kita juga harus pandai memanfaatkan waktu luang yang ada untuk membaca dan mencari informasi sebanyak mungkin supayakita mendapatkan banyak pengtahuan entah itu dari membaca maupun mendengar, karena semakin banyak membaca kita akan semakin tahu/banyak pengetahuan. Ingatlah ”Waktu Adalah Uang (Time Is Money)”. Kesulitan membaca ini berlaku juga pada seluruh kegiatan kegiatan manusia dalam masyarakat. Studi penelitian dan semua jenis pekerjaan dan kegiatan lain memerlukan bacaan untuk dimengerti dan dimanfaatkan. Instruksi-instruksi dan pedoman-pedoman harus dibaca untuk dilaksanaka secara efektif sesuai tujuannya The simple jobs require some reading. Demikianlah pentingnya minat baca.Tidak hanya untuk pendididikan pribadi, tetapi juga untuk kegiatan dalam pembangunan bangsa.

HIKMAH MEMBACA

Kepuasan lebih, membaca memberikan kepuasan yang jauh melebihi menonton TV. Meskipun banyak cerita film diangkat dari kisah suatu novel, tetapi kepuasan membaca ceritanya di novel akan lebih nikmat daripada menonton filmnya di TV. Hal ini karena membaca membuat imajinasi kita hidup, sedangkan menonton TV praktis justru mematikan imajinasi. Menonton TV kurang memuaskan karena selain banyak iklannya juga membuat penontonnya pasif, sementara membaca membuat pikiran pembacanya aktif dan kepuasannya tidak terganggu oleh tayangan iklan. Dengan membaca, kita mengaktifkan pikiran sehingga apa yang kita baca terkesan hidup dalam imajinasi. Kita pun akan jauh lebih mudah memahami cerita yang kita baca dari buku karena kita bisa secara mudah mengulangi bagian mana yang kurang kita pahami. Hal ini tidak memungkinkan kalau kita menonton TV. Kegiatan membaca jelas lebih bermanfaat daripada menonton TV. Namun ironisnya kita justru sering menghabiskan waktu secara percuma di depan si mata satu tersebut.
Dr. Aidh bin Abdullah al-Qarni, dalam bukunya, La Tahzan mengungkapkan tentang banyaknya manfaat membaca, yaitu di antaranya sebagai berikut: (1) membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan. (2) ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke dalam kebodohan. (3) kebiasaan membaca, membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja. (4) dengan sering membaca, orang bisa mengembangakan keluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata. (5) membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir. (6) membaca meningkatkan pengetahuan seseorang dan meningkatkan memori dan pemahaman. (7) dengan membaca, orang mengambil manfaat dari pengalaman orang lain: kearifan orang bijaksana dan pemahaman para sarjana. (8) dengan sering membaca, orang mengembangkan kemampuannya, baik untuk mendapat dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup. (9) membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pemikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia. (10) dengan sering membaca, orang bisa menguasai banyak kata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat, lebih lanjut lagi ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yang tertulis diantara baris demi baris (memahami apa yang tersirat).
MENGAPA BERHARGA DALAM PENDIDIKAN BERKARAKTER DI INDONESIA

            Budaya membaca merupakan budaya yang berharga dalam pendidikan berkarakter di indonesia, karena minat baca masyarakat indonesia masih sangat rendah. Gemar membaca menjadi salah satu dari delapan belas poin yang ada dalam pendidikan karakter. Merespon budaya baca yang rendah, pemerintah dengan kurikulum 2013-nya mencoba untuk menekankan pembelajaran dengan kegiatan membaca dan menulis. Namun, dengan kurikulum itu masih tidak cukup untuk membuat atau mengubah kebiasaan masyarakt indonesia yang masih sangat rendah minat bacanya yang kemudian berdampak pula pada tingkat intelektual yang rendah pada masyarakat indonesia serta ketertinggalannya Indonesia dengan negara-negara lain.
            Suatu asumsi menyatakan budaya membaca lebih penting daripada sekolah dalam tujuan mencapai kesuksesan. Suka membaca tanpa bersekolah masih berpeluang dalam mencapai kesuksesan, karena membaca membuat pola piikir kita luas dan tajam. Meningkatkan tingkat kreatifitas kita dalam bekerja, menciptakan lapangan pekerjaan dan juga pendidikan guna mencapai kesuksesan. Sedangkan tidak suka membaca tapi bersekolah, peluang untuk mencapai kesuksesan lebih kecil, banyak lulusan kuliah yang menjadi seorang pengangguran karena minat bacanya yang rendah.
            Maka dari itu membaca sangatlah penting bagi semua umur. Dari umur ketika kita mulai bisa membaca sampai kita tuapun kita haruslah terus menerapkan budaya membaca. Budaya membaca sangat bermanfaat untuk memperdalam ilmu pengetahuan baik itu dari sekolah maupun dari luar sekolah, karena kita hanya dapat 25% dari sekolah dan sisanya itu kita peroleh sendiri. Dengan membudayakan budaya membaca sejak dini membuat kita tahu akan dunia diluar rumah kita tanpa harus keluar dari rumah.  Karena itu, budaya membaca merupakan budaya yang berharga dalam hal pendidikan berkarakter di Indonesia.
Pendidikan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dan salah satu faktor yang mempengaruhi suatu kemajuan suatu negara, dan membaca merupakan salah satu pendidikan yang harus sering dilakukan oleh masyarakat Indonesia, karena dengan membaca akan memberikan manfaat yang banyak bagi pembacanya, seperti pengetahuan atau ilmu yang belum diketahui pembaca, dengan membaca pembaca akan mendapatkan ilmu atau pengetahuan yang tertera dibuku yang di bacanya. Akan tetapi fakta yang terjadi pada masyarakat Indonesia sebagian besar lebih memilih menonton televisi daripada membaca koran atau lainnya untuk mendapatkan suatu informasi, karena media televisi lebih menarik, lebih atraktif, bersifat audio-visual dan lebih efisien daripada media cetak. Hal ini perlu diperhatikan oleh pemerintah, bahwasanya dengan meninggalkan budaya membaca akan menimbulkan penurunan pengetahuan masyarakat Indonesia dan dapat berimbas ke kualitas suatu negara, sehingga diperlukan suatu setrategi supaya masyarakat Indonesia tertarik dalam membaca.

PENUTUP

            Membaca merupakan salah satu cara untuk mendapat informasi, menambah wawasan, Ilmu pengetahuan, dan intelektual yang tinggi yang merupakan salah satu tujuan dari adanya pendidikan berkarakter di indonesia. Budaya di Indonesia memanglah sangat banyak, akan tetapi budaya membaca adalah merupakan salah satu budaya yang harus ada dalam pendidikan berkarakter di Indonesia. Mengigat masih rendahnya minat membaca dari pelajar di Indonesia. Tanpa adanya budaya membaca, semakin lama indonesia akan menjadi negara yang tertinggal diantara negara-negara lain.  Segala sesuatu yang ingin diketahui untuk dapat diketahui untuk dapat dimengerti harus dibaca, karenanya membaca merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan untuk mencapai intelektual yang tinggi. Banyak hal positif yang akan kita dapati ketika kita membudayakan budaya membaca, utamanya dalam perkembangan pendidikan berkarakter di Indonesia.
            Kenyataan ini perlu menjadi bahan evaluasi, mengingat masih rendahnya minat baca pada pelajar-pelajar di pendidikan Indonesia. Untuk membudayakan budaya membaca, dpat dilakukan dengan berbagai hal. Diantaranya dengan menyediakan waktu membaca untuk membiasakan diri pada kegiatan membaca. Guru mengusahakan pada tiap bab yang diajarkan siswa membuat ringkasan materi. Dimurahkannya harga buku oleh subsidi pemerintah. Para pengajar dalam pendidikan membuat situs, blog atau semacamnya yang berisi mengenai ilmu pengetahuan yang diajarkan untuk memudahkan para peserta didik mengakses materi pelajaran, mengingat eksistensi dunia maya pada zaman sekarang ini untuk mencari informasi. Pemerinntah membuat situs-situs untuk download e-book.





Daftar Pustaka

mencerdaskan.html diakses 21 desember 2013.



21 desember 2013.

budaya-indonesia/ diakses 21 desember 2013.

APUS&&nomorurut_artikel=148 21 diakses desember 2013.

desember 2013.